Kamis, 23 Mei 2013

Riau Promosikan Wisata Kampung


 

Riau Promosikan Wisata Kampung

Riau - Provinsi Riau memiliki banyak potensi wisata, seperti keindahan alam, sejarah, budaya, dan petualangan. Khusus untuk turis berkantong tebal, bisa menikmati permainan golf atau menyelam. Bagi kelas menengah ke bawah, sejumlah pilihan bisa menjadi alternatif menarik.

Beberapa kegiatan yang bisa diikuti seperti pacu jalur di Indragiri Hulu, upacara ritual bakar tongkang di Rokan Hilir, mengunjungi Istana Siak dengan berbagai keunikan “tempo doeloe”, Candi Muara Takus di Kampar, cagar budaya Masjid Senapelan dengan sejarah Kota Pekanbaru pada zaman dulu.


Namun, semuanya perlu didukung infrastruktur, transportasi, tempat penginapan memadai, promosi yang luas, serta pengelolaannya yang berkesinambungan. Begitu beberapa permasalahan wisata yang mengemuka dalam diskusi melalui wadah “Press Corner” di Pekanbaru, Selasa (21/5).

Para pembicara yang tampil antara lain Bupati Siak Syamsuar, Bupati Bintan Anzar Ahmad, Ketua PHRI Ondi Sukmara, beberapa pemerhati wisata, dan kalangan pers.

“Kerja sama antar instansi sudah berjalan baik. Tidak ada kendala berarti, karena fokus utama mengembangkan turisme yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan,” bagitu kata Anzar Ahmad.

Apalagi, lanjut dia, jika melihat objek wisata di Bintan, kehadiran turis mancanegara dan nasional begitu besar. Selain itu, ditunjang kemudahan transportasi kapal feri dari Singapura. Dalam sehari bisa mencapai 10 kapal lalu lalang.

Dalam waktu dekat, akan ada Bandara Internasional yang dibangun di sana. Makanya, wisata di Pulau Bintan sudah ”jalan”. Demikian pula Pulau Batam dan sekitarnya, tinggal mengelola lebih profesional dengan tingkat keamanan baik. Soal objek wisata, tak perlu khawatir. Jumlahnya banyak dan variatif.

Namun, cerita di atas terjadi di Bintan dan Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Wisatawan mancanegara yang berkunjung jumlahnya diperkirakan mencapai 3 juta jiwa per tahun. Bagaimana dengan Provinsi Riau?

“Membandingkan turisme di Bintan dengan Siak sangat jauh perbedaannya,” kata Bupati Siak Syamsuar.

Dia menyebutkan, infrastruktur di Bintan sudah baik. Dukungan masyarakat dalam pengembangan pariwisata berjalan lancar. Sementara di Siak, Provinsi Riau infrastruktur belum seluruhnya memadai. Jumlah hotel masih minim. Padahal, Siak memiliki potensi wisata budaya dan sejarah, yang ada kaitan dengan kebesaran Kerajaan Melayu di Malaysia serta Singapura.

Pengembangan pariwisata di Siak saat ini mengarah kepada wisata kebudayaan, sejarah, dan kuliner. Untuk mencapai hal itu, perlu ada perubahan pola pikir dan adat masyarakat.

“Inilah tradisi yang berkembang. Kalau Bupati datang disambut dengan musik tradisonal kompang. Seharusnya, sambutan meriah diberikan kepada wisatawan mancanegara. Saya sudah terlalu sering menerima sambutan demikian,” tutur Syamsuar.

Tradisional

Salah seorang peserta menyebutkan, sebenarnya potensi wisata di Riau banyak. Kalau perlu jangan selalu yang mahal.

“Bisa saja mengandalkan wisata kampung,” ujarnya.

Wisata demikian sudah berlaku di Malaka, Malaysia. Turis yang datang berasal dari kalangan luar Bandar (kampung). Mereka tinggal di rumah-rumah penduduk dengan sewa murah. Makanan yang dihidangkan, benar-benar bernuansa kampung atau tradisional seperti nasi goreng, telur dadar, sambal, kerupuk, tempe, tahu, dan tumis kangkung. Tidak ada yang namanya “T Bone Steak”. Makannya juga pakai tangan.

Yang juga menarik, wisata model demikian dilakukan Singapura. Negara itu, mempromosikan wisata pertunjukan kerbau. Hewan itu tidak ada istimewanya bagi Riau. Tetapi dikemas dengan baik jadilah atraksi menarik. Kerbau dipertunjukkan malam hari. Kemudian disorot matanya. Maka yang terlihat warna merah menyala. Uniknya kerbau yang disorot tidak lari atau mengelak.

Objek wisata yang beragam di kabupaten atau kota lainnya di Provinsi Riau belum siap untuk dikunjungi wisatawan. Artinya turis yang datang masih sporadis. Selain kendala infrastruktur, promosi juga belum meluas. Di Turki misalnya, promosi pariwisata ditulis dalam 14 bahasa. Objek wisata kurang digarap lebih kreatif, promosi sangat minim. Makanya jangan heran, turis yang datang ke Riau baru 21.000 orang. Posisinya berada di peringkat ke-15 nasional.

Sementara itu, anggota Komisi A DPRD Riau, Tony Hidayat mengatakan, kerja sama antara instansi pemerintah perlu lebih solid.

”Potensi yang besar, jangan disia-siakan. Karena bisa mendatangkan pendapatan bagi daerah jika dikelola dengan baik,” tuturnya dalam kesempatan terpisah. Walhasil pengembangan wisata perlu realistis. Jangan terlalu berorientasi kepada yang muluk-muluk dan sulit dijangkau,” tuturnya.



Penulis: Mulyadi/FMB

Sumber:Suara Pembaruan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar